Akademisi Universitas Kapuas Sintang, Victor Emanuel mengusulkan
supaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang membangun tugu burung
garuda. Pasalnya, sejarah burung garuda tidak dapat dilepaskan dari
Sintang.
“Sintang harus menghargai sejarah sendiri. Kita minta kepemimpinan
Jarot-Askiman membuat tugu burung garuda di Sintang,” kata Victor.
Menurut dia, burung garuda sejarahnya berada di Sintang. Sultan Hamid
II pernah meminjam reflika patung burung garuda dari kerajaan Sintang
saat ditugasi Presiden Soekarno merancang lambang negara.
Peristiwa sejarah yang sangat besar dengan adanya peminjaman replika
patung garuda itu. Karya besar Sultan Hamid II adalah merancang lambang
negara, yakni garuda Pancasila. Dimana secara yuridis historis sudah
dijadikan tesis ilmiah Bapak Turiman Faturahman, dosen fakultas hukum
universitas Tanjungpura Pontianak.
Letak pembangunan tugu diserahkan sepenuhnya kepada Pemkab untuk
menentukan. Namun menjadi paling penting adalah tugu burung garuda
dibangun. “Yang pasti letaknya harus strategis. Bisa dilihat banyak
orang,” ungkapnya.
Victor menilai Pemkab Sintang mesti memprakarsai agar sejarah burung
garuda kian dikenal. Semakin banyak yang tahu sejarahnya, tentu
berdampak positif bagi Sintang. Minimal menjadi daya tarik penelitian
ilmiah. “Sintang akan dikenal, termasuk sejarahnya,” ujar dia.
Karena itu, menurut Victor, ketika tugu burung garuda dibangun, perlu
dilengkapi dengan monumen atau catatan, tentang asal muasalnya. Sampai
kemudian dipinjam Sultan Hamid II. “Kilas sejarah singkatnya juga perlu
dibuat, untuk melengkapi tugu burung garuda,” katanya.
Burung garuda sendiri adalah lambang kerajaan Sintang. Saat upacara
hari jadi ke-655 Sintang, diletakkan ke podium upacara di Stadion
Baning. Selepas upara, Bupati Sintang, Jarot Winarno mengisahkan singkat
tentang sejarah burung garuda dari Sintang kepada tamu yang hadir, pada
10 Mei lalu.
Peletakan burung garuda ke arena upacara dengan pengawalan ketat pasukan kerajaan Sintang.
Kerajaan Sintang menjadikan burung garuda sebagai lambang kerajaan
mempunyai sejarah panjang. Buah pernikahan Putri Darajuanti dengan Patih
Lohgender dari kerajaan Majapahit, yang terjadi pada abad ke XIV.
Salah satu barang antaran Patihlohgender kepada Putri Darajuanti
yakni berupa ukiran ular naga bermahkota yang membentang di tiang
penyangga gong besar. Kemudian dipuncaknya terdapat burung garuda
bermahkota yang kemudian dijadikan lambang kerajaan Sintang.